I made this widget at MyFlashFetish.com.

Laman

Rabu, 28 September 2011

Short Story Part 2

UNTUK TERAKHIR KALINYA

          Aku berjalan gontai di lorong rumah sakit. Tatapan mataku kosong. Sedih. Bingung. Kecewa. Aku tak tau arah akal pikiran yang gundah. Entah mengapa, aku seperti akan kehilanganmu.
          Satu-persatu air mata jatuh membasahi pipiku. Membasahi hatiku yang sedih dan takut akan kehilangan dirimu.
          Terlintas kenanganku denganmu. Kenangan pertama bertemu dan menjalani hidup dengan kebersamaan dalam persahabatan.


*        *        *

          “BRUAK !” teriakan keras terdengar. “Sorry !” aku langsung meminta maaf pada orang yang kutabrak tadi. Sepertinya di marah. Tetapi… tidak. Dia malah tersenyum. Rasa heranku muncul setelah menolongnya berdiri.
          “Siapa namamu ?” tanyaku. “Panggil saja aku Rei !” jawabnya. “Aku Bunga“ aku juga menyebutkan namku dan besalaman dengannya. Siapa namanya ?. Oh iya, Rei…
          Aku bergandengan tangan dengannya saat menuju kelas. Ternyata kita berdua sekelas. Wah, klop nih kayaknya !. Aku dan Rei langsung memutuskan untuk duduk sebangku.
          Mulai saat itu, aku mengenal Rei. Dia cantik, pintar, baik, sabar dan lemah lembut. Kemanapun aku pergi, aku selalu mengajaknya. Rei pun juga sama sepertiku.
          Mulai saat itu juga, aku dan Rei dipanggil REB. Alias Rei an Bunga. Mungkin karena kekompakan kami yang memang meraih peringkat tertinggi di kelas. He… he… he.. PD. Tapi, memang seperti itu kenyataannya.
          Rei dan aku punya sebuah kebiasaan unik. Kami saling berkirim bunga satu sama lain. Hampir tiap bulan hal itu terjadi. Teman-teman pun heran dengan kebiasaan kami. Tetapi, kami cuek saja. Bunga juga merupakan salah satu benda yang indah dan berkesan untuk dikirimkan ke orang lain. Kami tidak ada masalah karena kami memang menyukai bunga.

*        *        *
          Aku sudah berada di depan kamar Rei. Banyak selang-selang dan jarum infus terpasang ditubuhnya. Ia juga menggunakan alat bantu pernafasan. Aku tak tega meihatnya seperti ini.
          Kursi mulai kugeser secara perlahan-lahan. Aku duduk. Seikat bunga kesukaannya kuletakkan di samping tempat tidurnya. Di kartu bunga itu aku menuliskan “ BERATAHANLAH REI, BERTAHANLAH UNTUKKU DAN KELUARGAMU. KAMU HARUS KUAT ! “
          “Tit….” Alat pengukur detak jantung menunjukkan garis lurus. Aku panic. Tombol darurat langsung kupencet beberapa kali. Bagaimana ini ?. Apa yang harus aku lakukan ?.
          Seorang suster dan dokter memasuki kama Rei. Aku langsung keluar. Hp yang ada di tas langsung kugunakan untuk menghubungi keluarga Rei yang ada di rumah. Keluarga Rei langsung menuju rumah sakit begitu aku selesai menelponnya.
          Bingung, sedih, gelisah dan cemas itulah yang aku rasakan sekarang. Duduk merenung di depan kama Rei. Aku berdoa dan terus berdoa. Berharap akan datangnya keajaiban untuk Rei. Sekarang, hanya itu yang bisa kulakukan untuknya.
          “Bagaimana keadaan Rei ?” tanya ibu Rei dengan panik. Aku diam.
          “Jawab Bunga !” desak ibu Rei walaupun ia tau jika aku tak bisa menjawab apapun.
          Dokter mulai keluar dai kamar Rei. Ibu Rei langsung bertanya padanya. Beberapa saat kemuadian, aku melihat Ibu Rei dan seluruh keluarganya menangis. Aku semakin gelisah. Apa yang terjadi pada Rei ?.
          Ibu Rei mengahampiriku. Dia memelukku dengan erat.
“Rei udah nggak ada” bisiknya padaku.
Aku kaget. Air mataku mulai mengalir dengan deras dalam pelukan hangat ibu Rei.
          Hari ini, aku menginap di rumah Rei. Aku menemani ibu Rei. Selain itu, aku juga ingin melihat Rei untuk terakhir kalinya. Rei akan dimakamkan hari ini.
          Keesokan harinya, aku langsung pulang ke rumah. “Tok, tok, tok” aku mengetuk pintu rumahku. Mama langsung membukakan pintu dan mengajakku ke kamar. Aku butuh istirahat.
          Aku berbaring di tempat tidur kesayanganku begitu sampai di kamar. Mama keluar dan membiarkanku istirahat. Aku melihat sekeliling tempat tidurku. Beberapa hari ini, aku jarang memperhatikan kamarku. Aku lebih sering menginap di rumah sakit.
          Ada sesuatu menarik yang ada di meja belajarku. Sekeranjang rangkaian bunga yang indah dan segar ada disana. Bunga dari siapa ini ? .
          Aku mulai membuka kartu yang tergantung di keranjang bunga itu. Kartu itu bertuliskan “BUNGA, AKU TAK MAU MENINGGALKANMU. TAPI, AKU MERASA WAKTUKU TAK LAMA LAGI. Maafkan aku bunga. Ijinkan aku memberimu bunga untuk terakhir kalinya “

         
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar