I made this widget at MyFlashFetish.com.

Laman

Rabu, 28 September 2011

My Life Story (Part 1)

Hidup ini memang tak mudah. Aku pun juga merasa seperti itu. Banyak sekali cobaan yang mengahadangku untuk terus maju. Menghadapi kenyataan yang ada.

Aku tahu, aku tidak bisa mengubah semua yang Allah swt berikan ini kepadaku. Aku juga yakin bahwa ini adalah yang terbaik. Karena Allah swt selalu memberikan apa-apa yang terbaik.

Satu fenomena yang takkan pernah lepas dari sebuah kehidupan di bumi. Ada orang baik dan ada orang yang jahat. Ada orang yang merasakan kebaikan seseorang ada juga orang yang merasakan kejahatan seseorang. Walaupun mungkin orang tersebut tak pernah merasakan secara langsung. Dan juga pelakunya tak melakukannya secara langsung..

Yah, namanya juga manusia. Pasti tiap orang punya salah. Tapi, apa salahnya kita meminimalisir kesalahan ? lumayan, dosa yang harus dipertanggungjawabkan di akhirat nanti mungkin bisa berkurang. 

Motivation (Part 3)

Short Story Part 2

UNTUK TERAKHIR KALINYA

          Aku berjalan gontai di lorong rumah sakit. Tatapan mataku kosong. Sedih. Bingung. Kecewa. Aku tak tau arah akal pikiran yang gundah. Entah mengapa, aku seperti akan kehilanganmu.
          Satu-persatu air mata jatuh membasahi pipiku. Membasahi hatiku yang sedih dan takut akan kehilangan dirimu.
          Terlintas kenanganku denganmu. Kenangan pertama bertemu dan menjalani hidup dengan kebersamaan dalam persahabatan.

Minggu, 18 September 2011

Short Story


FUJI YAMA
           
Aku berjalan keluar bandara. Mama sudah menyiapkan mobil dan supir untuk menjemputku. Tak terasa aku sudah menginjakkan kaki di negara ini. Jepang. Negara yang pernah menjajah Indonesia. Negara yang cukup kukagumi dan negara tempat mama tinggal.
Pemandangan di sini sangat berbeda dengan Indonesia. Jarang ada mobil dengan seenaknya lalu lalang. Kebanyakan menggunakan sepeda sebagai alat transportasi. Ckckck, kekagumanku semakin bertambah. Pantas saja banyak orang Jepang yang sehat. Mereka selalu bersepeda. Berbeda denganku. Tubuhku sudah mulai rapuh. Padahal, umurku masih tujuh belas tahun. Ini gara-gara penyakit yang ada pada tubuhku. Penyakit yang cukup parah.

*          *          *
“Yuri, bangun!” suara Renata terdengar nyaring. Ada yang menepuk-nepuk pipiku dan entah mengapa badanku pegal sekali. Aku seperti tidur di atas dataran yang keras.
Kubuka mata perlahan-lahan. Kepalaku masih sakit. Pusing. Banyak anak yang mengelilingku. Bahkan, Renata menangis sambil berusaha mengajakku berdiri. Dan satu lagi yang membuatku bingung. Kenapa aku bisa disini? Perasaan, aku tadi masih ada di kelas.  
Anak-anak membantuku berjalan menuju ke UKS. Mereka semua kelihatan bingung dan panic. Keadaan ini membuatku bingung. Aku tak tahu apa yang terjadi. Yang aku tahu, tiba-tiba saja aku terbangun dan mendapati diriku baru saja tertidur di teras kelas. Ada apa ini ?

Sabtu, 17 September 2011

Minggu, 11 September 2011

Jumat, 09 September 2011

Bye Grandpa

GOOD BYE GRANDPA
WE ALWAYS LOVE YOU
“Ujian hidup yang slalu menerpamu. Yang berjuang untuk hidup yang hanya sementara...
Kita hidup di dunia yang penuh tanda tanya. Yang tak mungkin kau ubah dan terpaksa mengikutinya. Kita berada di antara benar atau salah...
Berdoalah, sampaikan pada tuhan semua keluh kesahmu. Dia kan menjawabnya. Percalah, dia akan menunjukkan kasihnya kepadamu”
(Last Child-Percayalah)
“ Waktu terasa semakin berlalu tinggalkan cerita tentang kita, akan tiada lagi kini tawamu tuk hapuskan semua perih di dada. Ada cerita tentang aku dan dia, saat kita tertawa....”
(Peterpan-Semua Tentang Kita)
Andai aku bisa memutar waktu, tetapi sayangnya aku tak kan pernah bisa. Waktu akan terus berjalan. Ia akan terus berjalan sampai saat ia akan dihentikan. Sebagai pertanda jalannya kehidupan. Semua akan tetap pada tempatnya dan tetap berjalan semestinya.
Penyesalan. Semua penyesalan selalu datang pada akhir cerita. Saat semuanya sudah terjadi, baru kusadari bahwa semua itu berarti. Penyesalan adalah satu kata yang sungguh membuat hati ini gundah dengan sesuatu yang telah lalu. Terkadang membuat semakin jatuh terpuruk.
Sudahlah, semua sudah berlalu. Mungkin Allah SWT memberikan ini karena memang ini yang terbaik untukku, untuk keluargaku, untuk semuanya...
Selamat tinggal Mbah Kakung. Aku tak pernah mengira engkau akan pergi secepat ini. Aku rasa, baru kemarin engkau berbicara denganku, membuatkan minuman favoritku dan semua hal yang kita lakukan bersama. Aku ingat betul semua itu. Itu adalah salah satu memori terindah yang pernah aku simpan dan nanti akan menjadi cerita bagi anak cucuku kelak.
Mungkin waktu itu, aku belum bisa menerima kepergianmu. Air mataku seakan tak kan pernah habis. Takkan pernah berhenti mengalir untuk menangisi keperguanmu. Tegar. Aku berusaha untuk tetap tegar menerima semua kenyataan ini. Hanya doa yang terus keluar dari mulutku, Berharap agar kau tetap baik-baik saja disana.
Mbah kakung, kalau misalnya malaikat bertanya padamu “Siapa Tuhanmu ?”, ku mohon, jawablah bahwa “Allah swt” adalah Tuhanmu satu-satunya
Mbah Kakung, kalau misalnya malaikat bertanya padamu “Siapa Nabimu ?”, ku mohon, jawablah bahwa “Nabi Muhammad SAW” adalah nabimu
Mbah Kakung, kalau misalnya malaikat bertanya padamu “Apa Kitab Sucimu ?” ku mohon, jawablah bahwa “Al Qur’an” adalah kitab suci yang selalu engkau baca setiap hari
Mbah Kakung, kalau misalnya malaikat bertanya padamu “Apa Agamamu ?” ku mohon, jawablah bahwa “Islam” adalah agamamu.
            Mbah Kakung, disini semua orang mendoakanmu agar engkau tenang disana. Mendapatkan surga dari Allah swt. Dan jauh dari api neraka. Amiinnnn ya rabbal alaminnn....
Selamat tinggal mbah kakung, Engkau akan tetap selalu di hatiku, selamanya...




lebaran

MY BLITAR’S FAMILY TRADITION IN LEBARAN
Lebaran kali ini ada banyak sekali tantangan yang harus kulalui. Mulai dari harus tidur di rumah sakit dengan ribuan nyamuk yang siap menyerang, susah mencari sesuap makanan dan semuanya. Huft, lebaran kali ini memang benar-benar berbeda dari yang sebelumnya. Mungkin Allah SWT ingin memberiku pengalaman baru dari semua ini.
Aku merayakan lebaran kali ini di rumah Eyang Uti. Uti adalah sebutanku untuk nenek yang ada di Blitar. Uti adalah sosok yang sangat amat aku kagumi di dalam hidupku. Kenapa ? karena walaupun dia hidup sendirian tanpa Mbah Kakung, dia tetap bisa melakukan semuanya dengan baik. Bisa dibilang, Utiku jago semuanya. Mulai dari urusan listrik, membetulkan genteng yang bocor, pokoknya the best...
Lebaran kali ini berbeda. Aku merayakan lebaran hanya dengan Adik dan Utiku. Tidak seperti biasanya. Biasanya aku merayakan lebaran dengan kedua orang tuaku, Uti dan adik. Tapi kali ini sangat berbeda. Awalnya, aku merasa khawatir tidak akan bisa merayakan lebaran seperti tahun-tahun sebelumnya. Apalagi, ayah begitu berat melepas aku dan adik untuk berlebaran dengan uti. Ayah dan ibu berlebaran di Kediri. Sambil menunggu Mbah Kakung yang masih sakit.
Huft, awalnya aku memang belum bisa untuk menerima semua itu. Dan akhirnya aku bisa. Walaupun aku hampir menangis karena rindu dengan kedua orangtuaku. Baru kali ini aku merayakan lebaran tanpa kedua orangtuaku. Mungkin inilah yang terbaik untukku. Allah SWT ingin memberiku pengalaman yang lebih di lebaran kali ini.
Okay, next to tradisi-tradisi lebaran yang selalu aku lakukan setiap tahunnya.
First, sholat Id. Pastinya semua umat muslim akan melakukannya. Kecuali pada orang-orang yang berhalangan. Sholat id di Blitar memang sangat khitmad. Mulai dari ceramahnya dan lain-lainnya. Ya, walaupun aku tidak mengerti sama sekali apa isi khutbahnya, aku hanya bisa bertanya pada Uti. Maklum, khutbah dan pembicaraannya menggunakan bahasa Jawa asli. Bukan bahasa jawa campuran yang setiap hari aku gunakan. Setelah itu, setelah sholat id, kita bersalam-salaman dengan jamaah yang lain. waktu itu diiringi dengan irama bedug dan kentongan yang ada di bagian luar masjid. Dan sepulangnya dari masjid, banyak sekali suara petasan. Selain itu, aku juga melihat banyak balon udara yang ada di angkasa. Itu salah satu tradisi disini. Setelah itu, dilanjutkan dengan acara syukuran. Namanya genduren.
Secondly, sungkeman. Sampai rumah Uti, aku langsung ganti baju dan sungkem pada uti. Adik juga. Kita semua bermaaf-maafan. Sebenarnya, aku juga harus sungkem pada kedua orang tuaku. Sayangnya, mereka tidak berada disini. Aku hanya bisa menghubungi mereka via selular. So, Cuma bisa bicara lewat telepon aja. Nggak pa-pa lah, besok masih bisa ketemu.
Thirdly, kumpul bareng keluarga besar. Tradisi di keluarga besarku di blitar, setelah sungkeman dengan keluarganya masing-masing, kita semua kumpul bareng di rumah salah seorang saudara. Tempatnya bergilir. Giliran pertama di rumah Utiku. Maklum, Mbah Kakungku adalah termasuk yang tertua. Dan sekarang, aku kumpulnya di rumah saudaraku. Kita disini bersalam-salaman dan ngobrol-ngobrol bareng. Setelah itu, tahlilan dan berdoa untuk saudara kita yang sudah di panggil Allah swt. Termasuk Mbah Kakung Biltar yang sudah meninggal saat aku masih kecil.
Finally, itu ceritaku, apa ceritamu ??? (Iklan Indomie)
Lebaran kali ini benar-benar berbeda. Yang biasanya aku bisa melakukan semua hal diatas dengan kedua orang tuaku juga, pada lebaran kali ini, aku tidak bisa. Alhamdulillah, menjadi pengalaman baruku.

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1432 H
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

Granda (part 2)

Come On Grandpa ! (Part 2)
13-14 Agustus 2011

            Waktu memang berjalan semakin cepat. Tak terasa semuanya sudah berlalu begitu saja. Masih dengan masa-masa puasa. Dimana teriknya matahari terasa beberapa kali lipat. Lemahnya tubuh karena tidak ada asupan makanan dari subuh sampai magrib. Tapi, ramadhan tetap bulan yang paling indah. Aku suka.
      Tak terasa, sudah lama juga aku bolak-balik ke tempat ini. Semua ini demi orang yang aku sayang. Mbah kakung.
      Mbah kakung, tidakkan engkau merasakan bosan disini. Berbaring di atas kasur empuk cap rumah sakit. Tiap harinya ditemani dokter dan perawat yang selalu siap sedia menunggumu. Tidur dengan alat-alat bantu yang menancap erat ditubuhmu. Wake up please, Granpa ! i want to see “how beautiful” your eyes. Please, open your eyes. We always accompany you here.
      Mulai dari tidur di bangku rumah sakit sampai di dalam mobil. Itulah tempat tidurku di rumah sementara ini. Mulai dari warung sebelah rumah sakit sampai orang yang berjualan di rumah sakit sendiri pun. Itulah sumber makananku. Awalnya, semua terasa begitu sulit. Aku harus kuat. Semua ini untuk kesembuhanmu, mbah kakung.
      Ayo, sembuh ! aku selalu merindukan belaian tanganmu disini. Walaupun aku hanya bisa menunggumu dari luar ruangan ICU, percayalah, sayangku selalu ada disampingmu. Dan juga, selalu menemani di hatimu. JJJ
        




Kamis, 08 September 2011

GandPa

Come On Grandpa !
4 Agustus 2011



Andai aku bisa mengetahui apa yang akan terjadi. Sayangnya, aku tidak pernah tahu apa yang terjadi. Entah itu kepadaku, kepada keluargaku, kepada semua yang ada sekelilingku. Semua terjadi begitu saja. Tanpa ada rencana sebelumnya. Hanya Dia-lah Yang Maha Mengetahui. Allah swt.
Takdir Allah swt. Semua itu yang menentukan apa yang akan terjadi.

Aku tak kan pernah mengira semua akan terjadi seperti ini. Aku tak pernah mengharapkannya. Tapi, semua itu datang dengan sendirinya. Membuatku jatuh bangkit untuk beberapa kalinya. Mencoba bertahan dalam menghadapi semua yang telah diberikan-Nya itu.
Mbah kakung, aku tidak pernah berharap semua ini akan terjadi. Mungkin inilah yang terbaik. Aku tahu, saat pertama waktu itu datang, engkau merasakan betapa sakitnya menahan kucuran darah segar yang keluar dari tubuhmu. Merasakan betapa ngilunya badanmu terkena gesekan aspal yang keras. Merasakan betapa kerasnya benturan sumber syarafmu terbentur dengan sangat keras. Bahkan, aku tak pernah mengira, barang yang engkau bawa juga hancur lebur. Tak berbentuk. Barang yang biasa engkau gunakan untuk pergi ke sawah, rusak parah. Padahal, barang tersebut engkau beli dengan hasil jerih payahmu.
Entah mengapa, seakan aku juga ikut merasakan semua itu. Ingin rasanya aku meneteskan air mata ini saat pertama kali mendengar bahwa dirimu terkena musibah. Kecelakaan. Seakan ada yang menghantamku. Sakit, sedih dan khawatir. Semuanya bercampur menjadi satu. Aku bingung dengan semua ini.
Dalam perjalanan menemui dirimu, aku bingung. Tak tahu harus berkata apa. Hanya bisa berdoa. Berdoa agar semua tetap baik-baik saja. Amiinnnnnn.....
Aku tahu, betapa sakitnya menahan peralatan kedokteran masuk ke dalam tubuhmu. Sakit. Sakit sekali. Mungkin, obat bius memang sedikit membantu dalam meringankan rasa sakit itu. Tapi, tetap saja masih ada rasa sakit yang engkau rasakan. Bertahanlah Mbah Kakung, we always pray for you here. Aku berharap engkau masih bisa menemaniku saat berbuka maupun makan sahur.
Detik terasa begitu membosankan. Detik bagai menit, menit bagai jam, jam bagai hari dan seterusnya. Begitu lama menunggu kau keluar dari ruangan itu. Ruangan dimana banyak dokter dan perawat yang memakai masker dan baju khusus. Aku sedikit ngeri melihatnya. Apalagi saat salah seorang dari mereka keluar dengan terburu-buru dan kembali lagi masuk ke ruangan itu. Ruang operasi. Sedangkan aku, hanya bisa menunggu diluar. Menunggu dan berdoa.