MY BLITAR’S FAMILY TRADITION IN LEBARAN
Lebaran kali ini ada banyak sekali tantangan yang harus kulalui. Mulai dari harus tidur di rumah sakit dengan ribuan nyamuk yang siap menyerang, susah mencari sesuap makanan dan semuanya. Huft, lebaran kali ini memang benar-benar berbeda dari yang sebelumnya. Mungkin Allah SWT ingin memberiku pengalaman baru dari semua ini.
Aku merayakan lebaran kali ini di rumah Eyang Uti. Uti adalah sebutanku untuk nenek yang ada di Blitar. Uti adalah sosok yang sangat amat aku kagumi di dalam hidupku. Kenapa ? karena walaupun dia hidup sendirian tanpa Mbah Kakung, dia tetap bisa melakukan semuanya dengan baik. Bisa dibilang, Utiku jago semuanya. Mulai dari urusan listrik, membetulkan genteng yang bocor, pokoknya the best...
Lebaran kali ini berbeda. Aku merayakan lebaran hanya dengan Adik dan Utiku. Tidak seperti biasanya. Biasanya aku merayakan lebaran dengan kedua orang tuaku, Uti dan adik. Tapi kali ini sangat berbeda. Awalnya, aku merasa khawatir tidak akan bisa merayakan lebaran seperti tahun-tahun sebelumnya. Apalagi, ayah begitu berat melepas aku dan adik untuk berlebaran dengan uti. Ayah dan ibu berlebaran di Kediri. Sambil menunggu Mbah Kakung yang masih sakit.
Huft, awalnya aku memang belum bisa untuk menerima semua itu. Dan akhirnya aku bisa. Walaupun aku hampir menangis karena rindu dengan kedua orangtuaku. Baru kali ini aku merayakan lebaran tanpa kedua orangtuaku. Mungkin inilah yang terbaik untukku. Allah SWT ingin memberiku pengalaman yang lebih di lebaran kali ini.
Okay, next to tradisi-tradisi lebaran yang selalu aku lakukan setiap tahunnya.
First, sholat Id. Pastinya semua umat muslim akan melakukannya. Kecuali pada orang-orang yang berhalangan. Sholat id di Blitar memang sangat khitmad. Mulai dari ceramahnya dan lain-lainnya. Ya, walaupun aku tidak mengerti sama sekali apa isi khutbahnya, aku hanya bisa bertanya pada Uti. Maklum, khutbah dan pembicaraannya menggunakan bahasa Jawa asli. Bukan bahasa jawa campuran yang setiap hari aku gunakan. Setelah itu, setelah sholat id, kita bersalam-salaman dengan jamaah yang lain. waktu itu diiringi dengan irama bedug dan kentongan yang ada di bagian luar masjid. Dan sepulangnya dari masjid, banyak sekali suara petasan. Selain itu, aku juga melihat banyak balon udara yang ada di angkasa. Itu salah satu tradisi disini. Setelah itu, dilanjutkan dengan acara syukuran. Namanya genduren.
Secondly, sungkeman. Sampai rumah Uti, aku langsung ganti baju dan sungkem pada uti. Adik juga. Kita semua bermaaf-maafan. Sebenarnya, aku juga harus sungkem pada kedua orang tuaku. Sayangnya, mereka tidak berada disini. Aku hanya bisa menghubungi mereka via selular. So, Cuma bisa bicara lewat telepon aja. Nggak pa-pa lah, besok masih bisa ketemu.
Thirdly, kumpul bareng keluarga besar. Tradisi di keluarga besarku di blitar, setelah sungkeman dengan keluarganya masing-masing, kita semua kumpul bareng di rumah salah seorang saudara. Tempatnya bergilir. Giliran pertama di rumah Utiku. Maklum, Mbah Kakungku adalah termasuk yang tertua. Dan sekarang, aku kumpulnya di rumah saudaraku. Kita disini bersalam-salaman dan ngobrol-ngobrol bareng. Setelah itu, tahlilan dan berdoa untuk saudara kita yang sudah di panggil Allah swt. Termasuk Mbah Kakung Biltar yang sudah meninggal saat aku masih kecil.
Finally, itu ceritaku, apa ceritamu ??? (Iklan Indomie)
Lebaran kali ini benar-benar berbeda. Yang biasanya aku bisa melakukan semua hal diatas dengan kedua orang tuaku juga, pada lebaran kali ini, aku tidak bisa. Alhamdulillah, menjadi pengalaman baruku.
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1432 H
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN